Backpacker ke Jawa Timur : Madakaripura, Menjangan, dan Kawah Ijen

Libur telah tiba...libur telah tiba...hore...hore...hore! Yap itulah yang gue rasain ketika selsai UAS kuliah trus abis itu yang seharusnya gue menikmati masa-masa liburan super long weekend, tapi harus dihajar dengan Praktek Kerja Lapangan yang memakan waktu hampir sebulan lamanya. Untungnya, gue PKL pas bulan puasa jadi ya ga rugi-rugi amat liburan dipakai buat PKL, toh kalau puasa mau jalan-jalan juga ga enak.



Selama di tempat PKL, gue selalu browsing2 tempat-tempat saik yang bisa gue kunjungin minimal untuk 5 hari aja. Maklum, ini badan uda keseringan naik gunung, mau jalan-jalan lagi menemukan hal-hal baru dan juga masyarakat baru pastinya. Gue langsung kepincut mau ke Banyuwangi lagi. Yap memang daerah itu telah berhasil menghipnotis gue akan keindahannya, gue kangen banget sama Pulau merah, Teluk Hijau, dan pastinya Kawah Ijen.

Selain Banyuwangi, gue juga mau ke air terjun yang kalo gue liat di Instagram indah banget. Lokasi nya ada di Probolinggo atau tepatnya di kaki gunung Bromo, namanya adalah Air Terjun Madakaripura yang konon dulu sebagai tempat patih Gadjah Mada bertapa. Terciptalah rencana perjalanan berangkat mulai tanggal 25 Juli hingga 30 Juli 2015 menuju Probolinggo dan Banyuwangi dengan temen kuliah gue yaitu si Hani, Ines, dan Lia, dan juga temennya Lia yaitu si Tiwi, dan temen nya Hani si Haikal.


Sabtu, 25 Agustus 2015

Perjalanan kita pun dimulai dari stasiun Pasar Senen menggunakan Kereta Matarmaja Lebaran yang berangkat siang hari dengan harga yang sama. Selama perjalanan yang sangat lama dan membuat pantat cukup meruncing, kami selingkan dengan bercanda, tidur, foto-foto, bercanda lagi, gitu-gitu lagi deh pokoknya sampe Malang sekitar jam setengah 5 pagi atau telat satu jam akibat lokomotif nya mogok di stasiun Cakung.
Minggu, 26 Agustus 2015

Perjalanan kereta yang cukup melelahkan akhirnya kami tiba di Stasiun Malang sekitar jam setengah 5 pagi. Di Malang kami hanya transit saja, sebab tujuan kami di hari pertama ini adalah menuju Probolinggo tepatnya ke Air Terjun Madakaripura. Tepat jam 6 setelah solat subuh kami semua keluar stasiun dan mencari angkot menuju Terminal Arjosari. Sesampainya di Arjosari, kami menyambung dengan bus tujuan Denpasar yang dan bilang ke kenek nya turun di pertigaan Tongas.


Assalamualikum Ngalam
Perjalanan selama lebih kurang 2 jam dengan pemandangan yang sangat aduhay, kita sampai di pertigaan Tongas. Kami langsung mencari angkot yang menuju Lumbang dan melanjutkan menuju Madakaripura dari pasar Lumbang menggunakan Ojek. Kami menemukan angkot yang sedang menganggur dan gak lama gue lobi aja. Ternyata sang sopir menawarkan harga 150rb untuk 6 orang sudah sampai Madakaripura, dan disitu terjadi kealotan nego antara gue dan sopir. Akhirnya kesepakatan pun diambil dengan bayar 130rb/6 orang sudah sampai di Madakaripura, cukup murah mengingat ongkos angkot dari Tongas ke Lumbang 8rb dan Ojek dari Lumbang ke Madakaripura adalah 20rb.

Perjalanan dari Tongas menuju Madakaripura menggunakan angkot memakan waktu 1 jam lebih dikit karena kontur jalan yang naik turun. Sesampainya di Gerbang Madakaripura, kami sempatkan sarapan dulu supaya tidak kram karena kata warga sekitar perjalanan menuju Madakaripura cukup jauh dan air nya dingin sekali.

Kami berjalan tepat jam setengah 10 menuju air terjun dengan menyusuri tebing-tebing kaki Gunung Bromo. Yang perlu diingat adalah wajib membawa jas hujan atau beli saja di tempat dengan harga 10rb karena sebelum memasuki air terjun utama, akan melewati air terjun yang disebut hujan abadi. Sesampainya disana, jujur ini adalah air terjun terindah yang pernah gue liat semasa hidup gue!

Sambutan hangat dari Madakaripura




Itu baru penyambut kita dan belum air terjun utama Madakaripura. Air nya jernih banget, dingin pula. Selebihnya untuk menuju air terjun utama yang tingginya Masya Allah, diperlukan waktu sedikit lagi. Sesampai nya di air terjun utama, cuma satu kata aja deh yang terucap, eh dua. Yang pertama pasti Subhanallah, dan yang agak miring dikit adalah ALIG!

Ini tinggi loh, asli




Ga afdol namanya kalo ngeliat air terjun tapi ga nyebur. Gue dan Haikal dipaksa abis sama Tiwi dan Lia buat nyebur. Mereka gatau, dingin airnya itu sangat menggila -__-. Tapi yasud supaya afdol, gue dan Haikal pun nyebur. Byuur, hanjeeer air nusuk banget padahal uda berapa kali kita nyebur tetep aja dingin. Salut buat mereka-mereka yang berenang ga henti-henti di air terjun itu.



Dinginya uda bukan nusuk kulit lagi, tapi otot ama tulang
Puas menikmati air terjun Madakaripura dan hari juga semakin sore, kami mengakhiri tur hari pertama ini disini. Setelah bebilas, kami langsung ingin menuju Lumbang. Mana mau dikata, ternyata untuk menuju Lumbang, akses nya cuma satu, yaitu naik Ojek! Mahal banget iya dan negosiasi sangat alot. Mau gamau kami merogoh kocek 20rb/orang, daripada jalan kaki dari Madakaripura ke Lumbang, gempor om.

Sesampainya di Lumbang, ternyata sudah tidak ada angkot lagi lebih dari jam 2 siang. Ettt dah payah bener dan akhirnya kami makan mie ayam dulu supaya cool down. Setelah kenyang, kami rencana untuk ngebeng. Banyak sih mobil bak yang lewat tapi ga ada yang mau ngasih. Segala cara udah dilakuin tetep aja dan hampir 1 jam berjuang mencari tebengan, akhirnya kami luluh untuk menggunakan jasa ojek karena hari sudah semakin sore dan kami harus menuju Banyuwangi untuk rencana esok harinya. Ya mau gamau rogoh kocek dalem lagi deh untuk ojek dari Lumbang ke Tongas 20rb/orang.

Sesampainya di Tongas, kami meneruskan dengan bus menuju Terminal Probolinggo. Di Terminal, kami mencari langsung bus ke arah Banyuwangi via Jember. Akhirnya kami dapet bus Banyuwangi yang lewat selatan. Eh apa dikata, ternyata kami diturunkan di Jember dan disuruh nyambung dengan bus lain. Dan disinilah kami semua ditembak harga. Tarif bus Jember-Banyuwangi kami ditembak perorang 40rb. Gue uda adu bacot tapi penumpang yang lain kaya ngebela si kenek, ah sudahlah, semoga memang rezeki mereka itu. Kami tiba di Banyuwangi jam 1 pagi dan langsung menuju rumah singgah Backpacker Banyuwangi yang sangat dekat sekali dengan stasiun Karangasem.

Sesampainya di rumah singgah, kami disambut oleh sang pemilik yang memang gue udah kontak-kontakan sama dia sebelum kesana, namanya adalah mas Rahmat. Doi orang nya asik, welcome banget pokoknya bahkan doi khawatir kita kok ga sampe-sampe. Saat mau istirahat, ternyata ada beberapa pelancong seperti kami yang menginap disini dan mas Rahmat pun menyuguhi ruangan untuk kami istirahat.

Di sela-sela berberes-beres, kami di ajak oleh mas Rahmat untuk ke Menjengan hari itu juga atau paginya karena kebetulan kami ramai berenam, ditambah pelancong dari semarang bertiga, dan ada bule dari Belanda 1 orang, Swiss 1 orang. Kami rembukan karena pada hari itu tepatnya hari senin kami sudah merencanakan ke Teluk Hijau dan Pulau Merah. Tetapi mengingat ke Menjengan yang di tawarkan mas Rahmat sangat murah karena sharing cost (150rb/orang sudah termasuk speed boat, alat snorkeling, dan makan siang), kami meng-iyakan tawaran mash Rahmat.

Senin, 27 Agustus 2015

Pagi hari dimana badan udah terasa segar kembali, kami mulai berkenalan dengan pelancong lain salah satunya dari semarang yaitu Mas Rio, Peang, dan Rizki. Lalu juga berkenalan  dengan bule dari Belanda yang namanya agak susah dieja, bahkan gue lupa, dan bule dari Swiss yang kata anak-anak bule tolol yaitu mas Felix. Oke kita semua ready dan memang tujuan hari ini yaitu menuju Pulau Menjangan yang ada di Bali.


Dermaga di Banyuwangi

Meskipun letaknya di Bali, tapi kami ga perlu nyebrang menggunakan feri karena sudah tercover dengan speedboat dari Banyuwangi. Perjalanan kurang lebih 2 jam karena angin dan ombak yang cukup besar, kami tiba di Pulau Menjangan. Di pulau tersebut, sangat minim sekali turis asal domestik, dominan internasional. Entah karena mahal atau nggak tau (?). Sesampainya di Dermaga pos 1 Menjangan, kami semua langsung meluncur bersnorkeling ria disana.

Welome to Menjangan!







Gue cuma mau bilang, kalo lo emang doyan atau maniak banget sama snorkeling atau diving, Menjangan adalah surga yang nyata buat lo. Gue sampe lupa foto-foto underwater padahal temen uda ada yang bawa SJcam, gue pribadi ke hipnotis akan indahnya karang bawah lautnya. Lo bakal ngeliat karang-karang yang masih hidup, ikan-ikan yang cuma lo bisa liat di tv kaya stone fish, ikan badut, bahkan gue ngeliat gurita ukuran kecil sedang di hadapan gue langsung.

Ga kerasa makin sore, gue makin ketengah snorkeling nya dan kembali lagi menuju boat untuk ke Pos 2 Menjangan yang katanya surga nya diving. Kalo pos 1 itu surganya Snorkeling, maka pos 2 adalah surga nya diving karena katanya kita seperti berada di tembok bawah laut. Tetapi sayang seribu sayang, cuaca sangat buruk karena angin dan ombak yang kencang di sekitar pos 2 mengakibatkan boat kita ga bisa bersandar di dermaga 2. Alhasil kami melanjutkan saja ke pos terakhir yaitu pos 3 dimana perairan sudah mulai dalam.




Di pos 3 gue gak snorkeling terlalu lama karena pemandangan bawah lautnya cenderung dalam, tidak ada karang ditambah ombak yang cukup kencang membuat gue jadi mabok. Akhirnya tepat jam setengah 4 sore kami kembali lagi ke Banyuwangi. Tetapi sebelum pulang, kami sempatkan terlebih dahulu mampir di Pulau Tabuhan yang memang dekat dengan Menjangan. Pulau Tabuhan hanyalah pulau kecil dengan pasir putih. Hanya ada beberapa ekor burung dan kurang cocok untuk melakukan snorkeling disana karena dasar laut nya hanya pasir saja.

Ga pake lama, hanya setengah jam disana, kami langsung kembali menuju Banyuwangi. Kami tiba sekitar jam setengah 6 sore dan langsung bersih-bersih. Setelah itu, gue dan temen-temen kembali lagi menuju rumah singgah untuk istirahat, sebab dini hari nya group gue dan group semarang yaitu mas Rio, Peang, dan Rizky berencana untuk menuju Kawah Ijen. Intinya, gue mau dan mau lagi untuk ke Menjangan karena gue belom puas banget, belom foto-foto underwaternya dan nyelam minimal 3 meter untuk menyentuh dasar karang.

Selasa, 28 Agustus 2015

Tepat dini hari yaitu jam 12 pagi kami siap-siap untuk bergegas menuju kawah ijen. Kami bersepuluh bersama mas rahmat berangkat dari rumah singgah tepat jam 1 pagi karena sebelumnya kami masak terlebih dahulu untuk mengisi energi. Perjalan selama 1 jam kami tiba di Pos Paltuding dan ternyata sudah ramai. Masih sama kaya tahun kemarin gue kesana, dominasi pengunjung Kawah Ijen adalah turis bule, turis lokalnya dikit banget, entah mengapa.

Kami minum teh panas sejenak di pos Paltuding untuk aklimatisasi supaya badan beradaptasi dulu terhadap cuaca dan ketinggian. Lagipula temen-temen gue juga jarang bahkan ga pernah hiking ke gunung 2000an mdpl keatas, makanya gue putuskan untuk aklimatisasi setengah jam minimal.

Setelah registrasi dan semuanya siap, kami semua berdoa dan cusss menuju Kawah Ijen untuk mengejar fenomena Blue Fire. Kami mulai hiking jam setengah 3 pagi. Ga kerasa, perjalanan selama 1.5 jam kami tembuh dan tiba di bibir kawah ijen. Perjalanan menuju kebawah masih sama seperti tahun lalu, masih curam. Akhirnya kami tiba di deka Blue Fire tepat 10 menit fenomena itu akan hilang, yaitu jam 5 pagi. Pemandangannya? Jangan ditanya, lebih baik datang saja karena memang sulit untuk dikatakan karena super indah!

Say hello to Blue Fire



Blue Fire nya udah ilang

Puas menikmati Blue Fire meskipun cuma beberapa menit, ga masalah buat kami yang penting sudah melihatnya secara langsung dan buat gue, ini adalah kali kedua gue melihatnya. Sebelum naik kembali menuju bibir kawah dan turun menuju pos Paltuding, karena jangan ambil apapun kecuali gambar, Let's take selfie in safety place dude!




 



Oh ya, karena kami naik Gunung Ijen ketika Gunung Raung sedang erupsi, maka dengan jelas kami bisa melihat erupsi Raung dari Gunung Ijen. Kami melihat wedus gembel yang keluar dari kawah Raung, menjadikan pemandangan yang sangat eksotis saat itu, semoga saja Raung lekas sembuh. Setibanya di pos Paltuding, kami ditawarkan mas Rahmat mau mandi dulu atau nggak, tapi pastinya kita ga mandi di kamar mandi, melainkan mandi di air terjun yang baru banget buka di daerah Licin, tentu saja kami meng-iyakan lagi tawaran mas Rahmat ini.

Tujuan kita yaitu menuju air terjun Jagier. Air terjun yang baru dibuka oleh masyarakat setempat, airnya sangat sangatlah jernih. Gue ga boong, lebih jernih dari le'mineral malah. Ga pake lama pokoknya langsung byuuur! Dan bau belerang di badan pun hilang, segar pun kembali di dapat.

Jernihnya air Jagier


Mari nyebur, sob!



Air terjun kembar Jagier



Puas menikmati dan badan sudah terasa segar, kami langsung menuju pulang ke rumah singgah kembali. Tetapi sebelum pulang, maklum perut udah nendang-nendang ngerengek minta dikasih jatah, kita mampir dulu ke warung pinggir jalan dan ternyata jual nasi tempong. Nasi Tempong merupakan salah satu makanan khas Banyuwangi, yaitu nasi dengan lauk ayam atau telor, ditambah sayurang, lalu di siram dengan kuah cabe sesuai selera. Rasanya? kaya di tampol deh lidah.

Setelah perut kenyang, kami kembali ke rumah singgah. Oh ya ini hari terakhir kita jalan-jalan di Banyuwangi, soalnya kita harus pulang kembali ke Jakarta  dengan kereta Logawa tanggal 29 lalu disambung kereta Serayu tanggal 30. Setelah sampai di rumah singgah, gue langsung menuju stasiun Karangasem untuk membeli tiket kereta Pandanwangi ke Jember dengan tarif cuma 8rb, beda jauh dengan bus waktu itu mencapai 40rb, ga safety, ngaco nyetirnya pokoknya.

Gue ada beberapa tips buat lo lo pada yang mau ke Madakaripura, Menjangan, atau Kawah Ijen

Tips Madakaripura
  • Usahain uda berangkat menuju sini itu pagi, soalnya kalo semakin siang khususnya di musim penghujan akan cepat ditutup, bahkan jam 12 siang bisa ditutup kalo ujan deres dari atas.
  • Ini saran gue banget, mending bawa kendaraan pribadi atau sewa kendaraan macem mobil atau motor untuk berkunjung kesini. Soalnya transport ngeteng perorang dari Tongas sampai Madakaripura itu mahal, apa lagi di atas jam 2 siang angkot lumbang menuju Tongas udah nggak ada, jadi apa-apa ojek dan mahal banget.
  • Kalo bawa kendaraan pribadi, waspada sama oknum yang nyuciin motor/mobil. Kalo emang gamau dicuci, bilang dari awal.
  • Bawa jas hujan kaya ponco atau minimal payung. Kalo males, disana ada yang jual cuma 10rb aja.
Tips Menjangan
  • Ada dua cara untuk menuju Menjangan, bisa dari Pulau Bali, bisa juga dari Banyuwangi.
  • Kalo dari Banyuwangi, itu emang cara gue dan lebih murah. Tapi minimal yang ikut 10 orang supaya murah, karena sistem nya sharing cost.
  • Kalo kalian berminat ke rumah singgah backpacker Banyuwangi, lokasinya cuma 30-40 langkah dari stasiun Karangasem, tempatnya asik dan dapat dibilang layak untuk tinggal disana beberapa hari., senggaknya dapet penginepan gratis, plus temen baru.
  • Kalo uda di rumah singgah, kalian bebas mau jalan sendiri sambil sewa motor (sebelah rumah singgah adalah tempat persewaan motor), atau mengikuti open trip yang diadakan mas Rahmat secara sharing cost dengan tujuan yang sudah di rembuk sebelumnya.
  • Kalo mau ke Menjangan tanpa ke rumah singgah, bisa. Caranya lo ke arah Baluran, nanti disana ada Tour Guide gitu yang buat kesana, tapi tetep menurut gue paling enak ke rumah singgah dulu.
  • Gamau ke Banyuwangi dan tetep mau langsung ke Menjangan? Caranya kalian nyebrang dulu pake Feri ke Bali, lalu menuju pelabuhan Banyuwedang, disana udah banyak Jasa Tour Guide untuk ke Menjangan.
  • Untuk ke Menjangan, mustahil ngeteng. Karena disana sistemnya rombongan dan ga ada yang namanya kapal umum mondar-mandir kesana. Jadi mau gamau ya pake jasa tour guide untuk sewa kapal dan alat snorkeling.
Tips Ijen
  • Usahain uda jalan dari kota Banyuwangi maksimal jam 1 pagi, agar sampai di Paltuding tepat jam 2.
  • Kalo mau camp, bisa kok, ada lahan disana di khususkan untuk mendirikan tenda. Soal biaya camp, gue gatau pasti.
  • Disana juga ada homestay, tapi selalu full. Lebih baik si tetep camp aja.
  • Kalo ga bawa tenda, bisa pake cara gue tahun lalu yaitu tidur aja di warung, tapi dinginnya ga tahan.
  • Pendakian dari Pos Paltuding menuju bibir kawah normalnya 1 jam lebih dikit lah, lalun turun kebawah menuju Blue Fire lebih kurang 20  menit dengan trek batu dan berpasir.
  • Untuk menuju puncak Ijen, dari bibir kawah hanya tinggal beberapa menit aja, tapi gue belom pernah kesana, insya Allah nanti lagi.
  • Bawa masker, tisu, dan air minum untuk menetralisir belerang kalo puyeng.

Oke deh itu dia cerita gue bersama temen-temen menjelajahi sedikit alam yang berada di Jawa Timur. Dunia lo itu sejauh mana lo melangkah, kalo lo melangkah disitu-situ aja, lo ga bakal dapet hal-hal yang gila dalam hidup lo, lo ga bakal dapet rasa romantisme Tuhan terhadap umatnya, yang jelas selagi masih mampu baik secara fisik atau finansial, keluarlah dan banyak-banyak menyatu dengan alam.

Salam lestari semuanya, tetaplah bereksplorasi dan juga tetap jaga alam Indonesia ya!



Madakaripura, Menjangan, dan Kawah Ijen

25-30 Juli 2015
Gue (bayu), Haikal, Hani, Lia,Tiwi, dan Ines.

Komentar

  1. Mas, masih punya kontaknya,mas rahmat itu gak ya? Terimakasih.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hallo mba, ini mba nomornya mas rahmat 081913914231 semoga bermanfaat :)

      Hapus
  2. mas, untuk sewa motor nya harus punya sim ga ya ?

    trus di rumah singgah itu bs nginep gratis ??
    ga bayar apa2 gitu ?

    tour guide untuk ke ijen ama siapa, ke ijen nya naek apa ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya jawab satu2 ya mba dan beruntut

      Biasanya si kebijakan dari tempat sewa motor itu si penyewa harus punya SIM mba, tapi saya kurang tau ni kalo yg di BWI ini.

      rumah singgah itu gratis tiss tisss mba hehe

      buat ke ijen uda ga perlu guide si mba menurut saya, soalnya jalur sudah sangat jelas. Untuk ke ijen bisa pake motor atau mobil yg disewa, kalo angkutan umum mungkin masih ada truck pengangkut belerang atau Jeep sewaan mba.

      :D

      Hapus

Posting Komentar