Ekspedisi Budaya Kampung Adat Dukuh Garut dan Pantai Selatan Garut

Perjalanan kali ini sebetulnya adalah lanjutan dari rencana gue dan beberapa temen seperjuangan CE (Culture Expedition) dalam mengeksplore lebih kebudayaan yang ada di pulau Jawa khususnya Jawa Barat. Penasaran dengan cerita temen kami yang pernah pergi kesana (kampung dukuh) yang katanya adat dan religi sangat menyatu disana. Kata temen gue lagi, kalo lo pergi kesana, lo bakal ngerasain kedamaian yang hakiki. Tuh uda bikin penasaran kan. Ngajak temen kesana kemari eh akhirnya cuma berempat aja yang berangkat yaitu gue, arif, detha, dan lala. Rencana ini sebetulnya sudah lama yaitu sejak bulan juni, tetapi baru terealisasi bulan oktober. Ya, kampung yang berada di Desa Ciroyom Kecamatan Cikelet Kabupaten Garut ini merupakan salah satu kampung islami yang memadukan antara adat sunda dan islam, Kampung Adat Dukuh.



Kamis, 9 Oktober 2014

Perjalanan kita mulai kamis malem (sehabis kuliah) dengan menggunakan Bus Primajasa. Kami naik dari pool Cililitan karena faktor keamanan. Di pool cililitan primajasa tidak ada calo yang kami temui, bahkan suasana juga tidak terlalu ramai. Pool primajasa cililitan berada disebelah kantor BKN persis atau kalau kalian naik busway, turun di shelter BKN, tinggal nyebrang aja. Kami tiba di pool jam setengah 9 malam dan kedapatan bus ac ekonomi terakhir yang akan jalan ke garut. Interior busnya cukup bagus, padahal kelas ekonomi ac harga 42rebu tapi sama kaya kelas eksekutif kereta taksaka yang harganya 200rebuan menurut gue. Setelah menunggu satu jam (sambil berselfie ria), bus jalan tepat pukul setengah 10 malam.


Jumat, 10 Oktober 2014

Tepat pukul setengah dua pagi kita tiba di terminal Guntur Garut. Suasana sangat sepi ditambah dengan dinginnya udara di terminal. Rencana kami mau tidur dulu sampai subuh di mushola dekat terminal, tetapi sial ternyata pager musholanya dikunci. Mau manjat ga lucu, nanti dikira maling, tapi siapa sangka ternyata ada bapak-bapak deket mushola yang peka terhadap kami dan menawarkan rumahnya sebagai tempat istirahat kita sementara hingga subuh. Waktu subuh tiba kami bergegas solat dan sarapan pagi menunggu matahari terbit. Sebelum jam 6 pagi kita cari-cari elf yang menuju kampung dukuh dengan ciri elf yang tujuan ke cikelet atau laut nanti bilang ke kenek nya turun di pertigaan kampung dukuh. Ada juga yang langsung ke kampung dukuh sebetulnya, tapi elfnya jalan dari Bandung dan sampai di Guntur sekitar jam 3 pagi. Tapi kata temen gue itu kurang rekomended soalnya selalu rame. Akhirnya setelah menemukan elf tujuan cikelet/laut dan tawar menawar harga dapet 30rebu/orang. Ga pake lama elf langsung jalan dari terminal guntur menuju cikelet. Lama perjalanan dari Guntur sampai pertigaan kampung dukuh lebih kurang 4 jam. Kontur jalan nya pun juga cukup membuat perut dan lambung bergejolak. 




Jalan Menuju Kampung Dukuh
Letak kampung dukuh (tanda biru)
Sekitar jam 11 siang kita tiba di pertigaan kampung dukuh dan langsung banyak tukang ojeg yang menawarkan jasanya. Kita dipatok harga mahal banget, 40rebu dan langsung aja kita tawar. Tawar menawar yang cukup alot akhirnya kita mendapatkan harga final 25rebu sudah sampai kampung dukuh. Perjalanan dari pertigaan menuju kampung dukuh sangat hancur dan menanjak dan cukup jauh yaitu 8km. Sebetulnya ga salah si mereka matok harga mahal, wong bisa ngebuat ban robek atau pelek penyok gara-gara jalan yang seperti bulu landak. Sekitar jam 12 kurang (hampir adzan solat jumat) kita sampai di Kampung Dukuh. Oh ya FYI, kampung dukuh itu ada dua, Kampung Dukuh luar dan dalam. Jaraknya pun hanya dipisahkan oleh pagar dan tebing yang setinggi 2 Meter saja. Bedanya kampung dukuh luar boleh pake listrik dan perelatan elektronik segala macem, rumahnya juga hampir sama seperti rumah yang biasa kita lihat, di kampung dukuh dalam sama sekali ga boleh dan rumahnya masih berbahan material alam dasri hutan. Setelah kami nongkrong sebentar di warung kampung dukuh luar, gue dan arif langsung menuju masjid kampung dukuh yang berada dikawasan dalam, jaraknya dekat sekali. Hal unik ketika solat jumat di kampung dukuh adalah ketika imam (selalu ketua adat) menyampaikan khotbah, hanya berupa doa-doa saja, habis itu solat jumat deh seperti biasa. Oh ya setiap solat fardhu, diakhir rokaat pasti selalu diselingi oleh doa khunut, jadi jangan kaget aja pas solat disana. 
Rumah Kampung Dukuh Dalam



Rumah Kampung Dukuh Luar

Akses kampung dukuh luar menuju dalam
Masjid Kampung Dukuh
Hal unik yang ada di kampung adat dukuh adalah dimana laki-laki dan perempuan dipisah, baik dari musholanya, cara mereka bersosialisasi, mcknya, dan pukulan bedug masjid. khusus pukulan bedug masjid, pukulan pertama menandakan adzan, pukulan kedua menandakan solat sunah, pukulan ketiga menandakan mamak sebagai imam datang dan komat. Setelah gue dan arif selesai solat jumat, kita pergi ke rumah mamak uluq (kepala adat) untuk izin tinggal beberapa hari disini dengan keperluan ingin mengenal lebih dalam kampung dukuh dan menjalin silaturahim. Ternyata siapa sangka, banyak sekali pendatang dari berbagai penjuru daerah yang datang pada hari itu. Mereka semua ingin mengikuti Jaroh (Ziarah) ke makam leluhur kampung dukuh yang selalu dilaksanakan tiap minggunya pada hari sabtu pagi. Tetapi kita berempat tidak mengikuti ziarah tersebut karena ribet dalam hal ini itu dan memang tujuan kita bukan untuk ziarah, melainkan hanya bermain-main saja. 

Aturan Ziarah laki-laki

Aturan Ziarah perempuan

Kami disarankan mamak untuk mencari tempat istirahat yang sepi oleh pendatang ziarah, boleh berkumpul ramai-ramai di bale adat atau memisah seperti mencari rumah warga di kampung dukuh luar. Sebelum ditawari mamak, kita sudah ditawari oleh pemilik warung yang pertama kali kami datang yaitu teh leli. Beliau adalah adik dari mamak (Semua warga kampung dukuh masih punya ikatan sodara oleh mamak, meskipun mereka bereda di kampung dukuh luar). Teh leli orangnya baik sekali, ramah, keluarganya pun juga sangat ramah terhadap kami. Kami pun selalu disediakan makanan baik berupa cemilan maupun makanan berat yang katanya "seadanya" hmm buat anak kosan si kayanya itu bukan seadanya deh :D. Jangan takut kelaparan, makanan dan minuman berupa cemilan pasti disediakan entah saat kita berada di rumah mamak maupun warga kampung dukuh lainnya. Mereka sangat terbuka sekali apa lagi hanya makanan. Bagi mereka, tamu adalah orang yang harus disambut dengan setulus hati dan juga sebagai salah satu dari bentuk amal ibadah berupa memuliakan seorang tamu, sungguh suasana yang tidak akan pernah didapat jika kita bertamu di kota yang notaben nya kita baru kenal mereka hari itu juga. Sore harinya kita bermain dengan anak-anak kampung dukuh, mereka semua rata-rata pemalu untuk di foto, tetapi dengan bujukan dan rayuan kami akhirnya mereka jadi malu-maluin (ga malu lagi).


Makanan yang katanya "seadanya" :D

Selfie Eperiwhere

Bersama anak-anak kampung dukuh

Bersama salah satu pendatang yang ingin ziarah

Malam hari kita habiskan untuk mengobrol dengan teh leli soal sedikit cerita kampung dukuh. Semakin malam semakin banyak pendatang yang berdatangan sampai-sampai menginap juga di rumah teh leli. Alhasil rumah teh leli juga sama ramainya dengan balai adat dan rumah mamak. Tapi kami diberikan tempat special yaitu di lantai atas dan hanya kami berempat yang tidur disana


Sabtu, 11 Oktober 2014

Pagi hari khusunya buat gue dan arif bangun sebelum adzan subuh. Siapa sangka ternyata yang solat subuh berjamaah di masjid kampung dukuh sangat ramai dengan pendatang. Selepas solat gue dan arif sama-sama kebelet. Mondar mandir kesana kemari nyari mck penuh semua, ngantri, jadilah kita berdua seperti mck hunter pada pagi hari itu. Setelah menemukan mck yang masih sangat tradisional, kita kembali ke rumah teh leli untuk bersih-bersih sekalian keliling kampung dukuh dalam. Ternyata di kampung dukuh dalam sudah ramai sekali para pendatang yang akan segera melaksanakan ziarah tepat pukul 9 pagi. Kami hanya memandangnya dari batas pagar saja, sangat terlarang bagi kami untuk masuk wilayah hutan terlarang jika kami tidak menaati peraturan ziarah.
Sembari menunggu peziarah, kami berempat mengelilingi kampung dukuh dalam. Spot pertama yang dikunjungi adalah mck umum yang berada paling ujung dari kampung. Pemandangan yang tidak biasa bagi kami dimana banyak sekali (maaf) kotoran-kotoran bergenangan di empang. Ya memang mck di kampung dukuh masih sangat tradisional sekali, jadi kalau kalian kebelet atau sebagainya, ya mau tidak mau harus atau menahan hingga pulang. Butuh konsentrasi tinggi saat "buang air" di mck tradisional bahkan harus memiliki akurasi yang tinggi ketika malam hari sebab tidak ada lampu di mck nya.

Salah satu mck nya
Setelah puas melihat-lihat mck tradisional, kita juga pergi ke sawah-sawah masyarakat kampung dukuh. Petak sawahnya menurut kami tidak begitu luas. Katanya si hampir semua rata-rata sudah dikuasai oleh pihak luar, miris ya.

Selesai keliling, si dua perempuan lala detha kembali ke rumah teh leli untuk sekedar istirahat. Gue dan arif melanjutkan ke rumah mamak untuk menunggu para pendatang kembali dari makam dan sekedar ngobrol-ngobrol. Kami banyak mendapatkan informasi kampung dukuh dari pak keken. Beliau sebetulnya juga pendatang, tetapi beliau menetap untuk mencari kedamaian di kampung dukuh. Beliau hampir bisa dibilang cukup fasih dalam menceritakan banyak hal tentang kampung dukuh. Salah satu hal yang menarik adalah tentang ziarah ini. Sebetulnya ziarah ini hanya dilakukan oleh mamak saja untuk mendoakan leluhurnya. Tetapi ternyata hal tersebut disalah pahamkan oleh para pendatang yang mempunyai maksud tertentu. Keenakan ngobrol tibalah waktu dzuhur dimana kita semua solat berjamaah lagi. Selsai solat, gue dan arif kembali ke rumah teh leli, dikasih makan siang lagi dan tidur siang dulu.
Bersama pak keken (tengah)
Bersama salah satu warga kampung dukuh dalam
Sore harinya, kami berempat jalan-jalan keluar dari kampung dukuh untuk melihat kampung ini dari atas dan menanyakan elf yang turun dari atas jam berapa saja. Jarak dari kampung dukuh menuju atas lumayan jauh, menanjak pula. Sesampainya kita foto-foto dulu di tugu kampung dukuh sembari menunggu elf yang datang. Tidak lama elf pun datang, dan ternyata elf yang akan turun menuju garut hanya jam setengah lima pagi dan jam enam pagi. Setelah jam 6 masih ada, tetapi tujuan ke bandung dan biasanya selalu ramai.
Setelah puas diatas, kami turun lagi ke kampung untuk bersih-bersih dan ramah tamah bersama mamak soal kampung dukuh suapaya lebih mantap. Kami mengobrol tentang sejarah, dan apapun yang masih mengganjal di benak kami. Tetapi obrolan kami di pause dulu hingga bada isya. Setelah isya, kami berempat pamit ke teh leli karena kami ingin mencoba tidur di rumah mamak tanpa listrik, hanya menggunakan lampu api tempel saja. Setelah pamit kami bergegas ke rumah mamak yang sudah sangat gelap gulita, ternyata mamak menunggu kami untuk sekedar mengobrol. Puas mengobrol dengan mamak dan tak terasa waktu menunjukan pukul 11 malam. Suasana setelah ramah tamah dengan mamak mendadak langsung sunyi, hanya suara jangkrik dari hutan dan hembusan angin malam. Kita berempat tidurnya dipisah, yang perempuan tidur dikamar, yang laki-laki tidur dimana aja jadi, tapi gue dan arif memilih tidur di rumah mamak karena sangat luas dan ada warga yang tidur juga disana. Suasana tidur pun juga sangat damai, tidak ada tv, ac, hanya ada hembusan angin di setiap pori-pori bilik rumah mamak. Kami pun tertidur pulas dan tak terasa besok pagi kami harus berpamitan untuk pulang.

Minggu, 12 Oktober 2014

Tepat pagi hari sekitar jam 4 pagi, sebelum pulang seperti biasa kami solat subuh berjamaah dulu. Setelah itu kami cek lagi barang bawaan kami dan pamit kembali ke mamak dan warga sekitar kampung yang sudah bangun. Tak hayal kami juga berpamitan lagi ke teh leli dan keluarga yang ternyata sudah bangun di pagi buta itu. Kembali menuju atas lagi dan menunggu elf, akhirnya sekitar jam 6 pagi elf datang dan penumpang sudah sangat penuh. Sebelum pulang menuju depok, kita berempat sepakat untuk bermain dulu dipantai yang ada di sekitaran garut selatan. Yang terkenal si adalah pantai santolo, tetapi jika kalian ingin melihat benar-benar pantai pasir putih dimana pantai itu masih perawan dan ibaratkan pantai pribadi, kalian bisa bilang ke kenek elf turun sebelum pantai Karangpapak, cirinya ada lapangan luas dan terdapat sapi ataupun kebo. Setelah turun, jalan sedikit menuju pantai, dan lihat saja pemandangan yang super wah yang ga akan kalian dapatkan dimanapun! Pantai pasir putih yang membentang sangat luas, hanya kami berempat saja yang berada disana, sunggu seperti pantai milik pribadi. Kami menyisiri pesisir pantai hingga sampai pantai santolo dengan jarak kurang lebih 7km. Jauh ya? tapi jangan takut cape karena pemandangan yang disuguhkan sangat  memukau baik dari pasirnya, karangnya, obaknya, dan hembusan anginnya. Sepanjang jalan kami selalu bermain air di tepian sembari melihat karang yang indah. Ada banyak tukang makanan di pantai karangpapak jadi untuk pengisi tenaga tambahan. Waktu tempuh kami dari pantai tak bertuan menuju pantai karangpapak dan berkahkir di pantai santolo kurang lebih 2 jam perjalanan. Itu ga kerasa sebab yang sudah gue bilang tadi, keren banget pemandangannya!

Pantai takbertuan



Karang pesisir pantai






Pantai Santolo
Kami sampai di pantai santolo sekitar jam 10 pagi, pantainya sangat ramai dan pasirnya juga sudah tidak terlalu bersih seperti di pantai sebelumnya. Di santolo kami hanya sebentar, setelah itu kami pulang menuju pertigaan pantai santolo dengan angkot kecil bertarif 2rebu untuk menunggu elf yang akan menuju terminal guntur. Sesampainya di pertigaan, kami menunggu kurang lebih setengah jam ada elf yang datang, ternyata sudah sangat penuh sekali. Menunggu lagi hampir setengah jam tidak datang-datang, akhirnya tepat jam 11.15 siang ada bus kecil (kaya metromini cuma bagusan) ternyata jurusan bandung tetapi melewati terminal guntur. Harganya pun juga lebih murah, 25rebu/orang dengan kendaraan bus yang notabennya nyaman dan tidak begitu sempit seperti elf. Sekitar jam setengah empat sore kami sampai di terminal guntur. Kita memilih bus primajasa kembali dengan tujuan pool cililitan. Ternyata bus terakhir jalan sekitar jam 5, alhasil kami menunggu dulu. Tepat jam 5 sore bus jalan dengan kondisi penuh karena bercampur dengan pendaki dari gunung papandayan, cikuray, maupun guntur. Kami tiba di pool cililitan jam setengah 11 malam karena tersendat macet dari garut hingga leles. Setelah itu kami berpisah menuju rumah/kosan masing-masing dan berakhir pula lah ekspedisi kita menuju kampung adat dukuh garut.

Ada beberapa tips ni, tips kecil si bagi kalian yang mau ke dukuh semoga bermanfaat. Pertama sinyal disana hanya bisa digunakan oleh provider telkomsel, itu juga sinyal internetnya E, tetapi terkadang suka berubah menjadi H jika kalian berada di bale adat ataupun rumah mamak, cuma kadang-kadang. Kedua patuhi segala peraturan disana, jangan dilanggar lah ya namanya juga kita tamu. Ketiga jika kalian diberi makanan atau hanya ditawari makanan minuman oleh warga sana, harus mengiyakan walaupun hanya sesuap, sebagai bentuk penghargaan kita kepada warga yang selalu memuliakan tamunya. Keempat selalu bawa senter, wajib soalnya kampung dukuh dalam akan menjadi gelap gulita ketika malam hari. Kelima bawa pakaian hangat untuk tidur, cuaca di dukuh ga terlalu dingin tetapi juga ga panas, sejuk tetapi cukup menusuk kulit ketika tidur. Keenam ya dateng aja dulu soalnya gue lupa :p yang jelas jika kalian datang ke kampung dukuh dengan niat yang baik, niscaya kedamaian disana akan kalian rasakan.

Komentar